Arsip Penulis: santrimodern

“Menyantuni Anank Yatim”

 

Assalamualaikum.wr.wb

Hadirin Ibu-Ibu yang berbahagia,

Saya mau bertanya ? Kita bisa bertemu dan berkumpul didalam mazlis ini, ini merupakan kehendak irodat siapa ? Allah SWT, karena Allah yang telah memberikan kenikmatan berupa kesehatan, sehingga langkah kita untuk menuju datang menghadiri acara ini, ini juga merupakan kehendak irodat siapa? Allah SWT. Oleh karena itu, kita harus banyak-banyak bersyukur atas semua nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT, karena nikmat Allah yang begitu banyak sehingga nikmat Allah tidak bisa diukur, walaupun diukurnya dengan alat yang paling manjur  yang biasa digunakan oleh pak Gusdur bahkan insiyur, tukang bubur sampai tukang rujak cingur nikmat Allah tidak biasa diukur betul…? Karena sebagaimana Allah telah berfirman :

Artinya: “Barang siapa yang  mensyukuri nikmatku kata  Allah maka akan kutambah nikmatmu, tapi sebaliknya barang siapa yang tidak mensyukuri nikmat Allah sesungguhnya adzab  Allah sangatlah pedih (Q.S. Ibrahim :7)”.

Kedua kalinya sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi pendobrak segala kebathilan, pemimpin umat yang tak pernah galau, yang patut, yang pantas dijadikan suri tauladan sepanjang jaman sampai-sampai akhlak beliau yang luar biasa diabadikan didalam Al-Qur’an. Yang mana juga beliau mampu menyatukan Timur dan barat, sehinga sampai sekarang Bendera Umat Islam masih berkibar dan berkobar diseluruh penjuru dunia, tiada lain dan tiada bukan siapakah beliau ya’ni “ Habibana, Wannabiyana, Wasyafiana , Wamaulana Muhammadin…. SAW.

Ibu-ibu mari kita berdo’a bersama-sama mudah-mudahan dengan adanya acara peringatan “Santunan anak yatim”  seperti ini bisa  menjadikan Rahmat bagi kita, bisa menjadikan berkah bagi kita , bisa menjadikan  keselamatan bagi Kita, kesehatan bagi Kita, dan kesuksesan dunia dan akhirat bagi kita dan juga khusus ini untuk ibu-ibu yang suka marah-marah sama suaminya berhenti marahnya, ibu-ibu yang suka melotot sama suaminya berhenti melototnya, Amin ya robbal alamin.

Ditambah lagi Ibu-ibu dan Bpk-bpk yang hadir sekarang mampu mengadakan acara santunan seperti ini, kemudian kita bacakan Sholawat bersama-sama Insyaallah malaikat akan hadir dan berkumpul diatas kita serta mendengar permintaan kita dan mendoakan kita agar apa-apa yang Ibu inginkan pada sore ini insyaallah akan dikabulkan oleh Allah SWT.

Oleh karena itu mari kita bersama-sama membaca shalawat.

Kalau sekarang ada yang lagi tenar atau trend adalah sholawat yang dibaca Gusdur Al-Marhum. Mungkin Ibu-ibu juga tahu bahkan kenal kan ? Mari bersama-sama.  “Astagfirullah robbal baroya, astagfirullah minal khotoya…Yaa rosulullah salamun alaik ya rofiasha ni wadaa roji, atfatay yajirotal alami ya uhailal ju di wal karomi.

Hadirin Ibu-Ibu yang di mulyakan Allah.

Bu ? Kita sering mengadakan acara santunan anak yatim, tapi terkadang kita tidak mengerti apa maksudnya, apa mamfaatnya dan apa tujuanya ? Bu tau tidak apa maksud manfaat dan  tujuan Menyantuni anak yatim ? ayo siapa yang tahu?  Bu…Ibu… Menyantuni anak yatim merupakan suatu bentuk ibadah yang nyata dan seharusnya telah menjadi kesadaran bagi orang-orang yang diberikan kelebihan harta oleh Allah SWT. Sedangkan waktu yang tepat untuk mengadakan acara santunan anak yatim ? biasaanya dilakukan sebagian besar ummat Islam di Indonesia, bahwa pada setiap tanggal 10 Assyura’ pada bulan Muharram dan bulan-bulan yang mulya, merupakan hari yang baik untuk memberikan santunan kepada anak yatim. Begitu juga dibulan suci ramdhan.

Apapun itu yang diberikan kita kepada anak yatim, sesengguhnya santunan anak yatim adalah suatu wujud kepedulian kita terhadap sesama makhluk Allah Swt dengan dibarengi niat Ikhlas Lillahi ta’ala. Lalu, bagaimanakah contoh santunan anak yatim yang baik dan sesuai dengan perkembangan jaman? Sebenarnya banyak cara menyantuni anak-anak yatim yang lebih bermanfaat dibandingankan dengan cara pemberian santunan. Antara lain yaitu dengan memberikan santunan berupa pendidikan bagi si Yatim Piatu, atau menjadikan anak-anak yatim tersebut menjadi anak asuh, sehingga santunan tersebut lebih bermanfaat bagi si anak yatim tersebut.

Bukankah hal ini lebih bermanfaat bagi kita maupun diri kita sendiri? Dengan memfasilitasi orang lain untuk memperoleh pendidikan yang layak, sesungguhnya kita telah memfasilitasi diri kita sendiri untuk mendapatkan kebaikan dan kemanfaatan hidup di dunia maupun di akhirat kelak dengan kehendak Allah SWT.

Bu, saya ingin bilang begini, kalau acara santunan ini sangat bagus sekali!

Sungguh acara pada saat ini, merupakan acara yang luar biasa yang harus disebarkan beritanya dan harus disampaikan melalui beberapa media, bukan bermaksud untuk Riya dan Ujub namun acara ini sebagai syiar agar setiap orang dapat peduli dengan keadaan sekitar, agar masyarakat kita sadar bahwa harta yang kita cari sebaiknya kita salurkan untuk jalan Allah yang lebih utama, yaitu : menyantuni anak yatim sebaiknya bukan disisihkan dari uang sisa melainkan harus dianggarkan yang paling utama, agar Allah terus menurunkan hartanya buat kita berlipat ganda!

Sebagaimana Allah telah berfirman :
أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيماً فَآوَى* وَوَجَدَكَ ضَالّاً فَهَدَى* وَوَجَدَكَ عَائِلاً فَأَغْنَى
Artinya : “Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu dia melindungimu? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu dia memberikan kecukupan.” (Adh-Dhuha: 6-8)
Firman Allah dalam surat Adh-Dhuha ayat 6 sampai dengan ayat 8 tersebut menjelaskan tentang 3 hak anak yatim sebagaimana Allah telah memberikan hak-hak itu kepada Rasulullah SAW, yaitu; (1) hak untuk mendapatkan perlindungan dan keamanan, (2) hak untuk untuk mendapatkan petunjuk atau pendidikan, dan (3) hak untuk mendapatkan kecukupan atau nafkah dan biaya untuk kehidupannya.

Saya ingin  kembali mengingatkan akan mulianya bagi kita ketika kita mengurus anak yatim, karena  dalam salah satu hadist imam Bukhari mencantumkan hadits ini dalam bab: keutamaan orang yang mengasuh anak yatim. Disebutkan antara mereka yang merelakan sebagian harta dan tenaganya untuk kemaslahatan anak-anak yatim di surga nanti akan sangat dekat dengan Rosul. Sedekat apakah itu ?

Sebagaimana  Rasulullah SAW  bersabda,

« أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَا »  وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئاً

Terjemah : “Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian Rasulullah SAW mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau, serta agak merenggangkan keduanya.

Sedangkan tujuan diadakannya “Santunan anak yatim” ini adalah :

  1. Untuk menambah rasa cinta kita kepada beliau baginda rosulullah SAW
  2. Untuk mengikuti jejak rosulullah dan
  3. Sebagai media silaturahmi untuk mensiarkan agama islam

Mudah-mudahan ada manfaatnya, terimakasih atas perhatiannya, saya akhiri.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

 

Habluminallah

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Hadirin Bpk/Ibu yang dirahmati Allah

Dialah Allah, tiada Tuhan selain Allah, yang maha mengumpulkan kita dengan keimanan kepada Nya, tiada Tuhan selain Allah, yang maha merangkul kita dalam majelis rahmat nya, tiada Tuhan selain Allah, Dia sedang memandang kepada dasar sanubari kita, memperhatikan segala apa yang tersembunyi dalam relung hati kita yang terdalam, maha melimpahkan kebahagiaan pada kita yang bersungguh – sungguh, maha menghadapi dengan dzat nya yang maha indah kepada siapa – siapa dari kita yang menghadap kepada nya, maha menggenggam dengan genggaman kasih sayangnya pada siapapun dari kita yang menghadap dan berharap kepada nya, raja dari para raja, maha berwibawa diatas seluruh pemilik kewibawaan, dalam genggamannya segala permasalahan, kepada nya pula kembali segala permasahan, maha luhur dia yang dalam genggaman nya kerajaan alam dan dia berkuasa atas segala sesuatu, yang menciptakan kehidupan dan kematian untuk menguji kalian yang mana diantara kalian yang paling baik perbuatannya, dan dia maha perkasa dan maha mengampuni (Qur’an Surat  al mulk. 1-2).

Maka kita memohon kepada yang maha perkasa dan maha pengampun, agar  semua yang hadir dijadikan sebaik – baik makhluk Nya dan yang terbaik dalam perbuatannya, wahai yang maha menciptakan kami dan maha menciptakan tujuh lapis langit dan bumi untuk menguji kami siapakah diantara kami yang paling baik perbuatan amalnya, janganlah kau dekatkan kami dari keburukan dalam ucapan dan perbuatan, janganlah kau dekatkan kami dari keburukan akitifitas seluruh anggota tubuh kami, dan anugerahilah (anggota tubuh) kami sebaik-baik perbuatan, dan pula bagi sanubari kami anugerahilah sebaik – baik perbuatan, penuhilah ia dengan sebaik – baik sifat, dan seindah – indah sifat, semulia kemuliaan sifat, wahai Tuhan sekalian manusia, wahai yang maha mendengar setiap do’a, wahai yang maha cepat dalam berkehendak, pada pintu mu yang maha tunggal kupasrahkan segala bebanku dan beban semua hadirin ini, dan saya berdiri menghadap kepada mu demi kekasih mu, sang kekasih yang dilimpahi hak untuk memberi syafaat, sayyidina Muhammad, sang bulan purnama yang mulia terang dan pemilik kedudukan yang luas.

Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah pada beliau (SAW). Wahai yang kami taruhkan beban kami kepada nya, dan yang kami pasrahkan segala permasalahan kami kepada nya, dan kami bertumpu kepada nya, dan keadaan kami tak tersembunyi dihadapan nya, jadikanlah setiap orang dari semua hadirin ini merupakan pembuka dari kemuliaan dan pengunci dari kehinaan, dan jadikan setiap satu dari semua mereka ini, penyebab dari tersebarnya kemuliaan, pembangkit kemuliaan, dan segala perbuatan mulia, dan penyebab dari terhindarnya musibah dari ummat ini wahai rabbul alamiin, dan telah mengalir hikmah nya, bahwa dari perbuatan maksiat keturunan adam, akan muncul petunjuk sebagai peringatan, dan setiap kali alam pemikiran manusia bertumpu dengan menghadap kepada sesuatu selain nya, dari sesuatu yang membuatnya berpaling, maka akan muncullah atas mereka dari kehidupan ini pertanda bahwa hal itu sia – sia dan tiada tempat kembali kecuali hanya kepada nya.

Siapakah di alam ini yang mampu menyingkirkan penyakit?, siapa pula di alam ini yang mampu meredam gempa?, siapa pula di alam ini yang mampu menyingkirkan banjir tsunami?, siapa pula di alam ini yang mampu menahan guntur dan kilat?, siapa pula yang mampu menahan wabah penyakit untuk menyerang suatu negara?, hanya Allah yang maha tunggal.. hanya Allah yang maha tunggal.., tiada sekutu bagi Nya, Allah berfirman : “Dan kami akan memberikan dari siksa yang kecil, yaitu musibah – musibah jasad di dunia yang hina ini, sebelum siksa yang dahsyat, lebih pedih, lebih menyakitkan, lebih menakutkan kelak, agar mereka kembali”. Barangkali mereka teringatkan, bahwa keberpalingan kepada selain Allah adalah sia – sia, hina, dan kemerosotan yang jelas, dan segala permasalahan digenggaman yang maha esa dan tunggal, maha sendiri dan maha tak berubah dalam kekuasaan nya, dialah Allah..!, maha tinggi dalam kemuliaannya, tiada Tuhan selain nya, wahai Tuhan kami singkapkanlah musibah dan kesulitan dari kami, singkirkan pula segala wabah, dan penyakit dan fitnah dan ujian bagi penduduk Indonesia dan seluruh wilayah muslimin ya rabbal alamiin.

Sungguh telah bersabda kepada kita sang Nabi yang membawa kebenaran kepada kita, sayyidina Muhammad, dari Tuhan kita yang maha berwibawa dan maha megah. Allah swt berfirman : “Sungguh aku ingin menumpahkan azab pada penduduk suatu wilayah, maka ketika kulihat pada wilayah itu yang meramaikan rumah rumah ku (masjid – masjid) dan yang saling menyayangi karena aku, dan orang-orang yang beristighfar di tengah malam, maka kusingkirkan azabku dari wilayah itu”. Maka ketika dia akan menimpakan azab pada suatu kaum, maka kulihat mereka yang meramaikan rumah – rumahku (masjid – masid) dan saling mengasihi karena aku, dan beristighfar ditengah malam, maka kusingkirkan siksaku dari wilayah itu.

Wahai para hamba kasih sayang Tuhan kita dalam kenikmatan dan kesulitan, selalu ada bagi mereka yang mempunyai perasaan dan akal sehat, selalu ada bagi mereka yang memiliki kesungguhan dalam beramal, mereka yang bersyukur atas kenikmatan – kenikmatan nya, dan kembali mengadu kepada Nya dalam musibah dan kesulitan, dan tersingkir dari khayalan dan sangkaan untuk bertumpu kepada selain Nya, maka mereka bersungguh – sungguh dalam beribadah kepada nya, maka dia akan menerima, maka dia memaafkan, dan menghapus catatan dosa mereka dengan gantian tumpukan pahala, dia tidak membutuhkan kita, dan kita sangat membutuhkan bantuan nya dalam segala hal, namun dia berlaku kepada kita dengan kebaikan kebaikan ini semua.

Maka bahkan bila datang perbuatan dosa dari hamba nya dan ia mau memohon ampunan dosa, maka dosanya itu dirubahnya menjadi tumpukan pahala, sungguh dia adalah maha pengasih.., sungguh dia adalah maha memberi..,sungguh dialah maha dermawan.., sungguh dialah Allah.., (ketahuilah bahwa) Allah.. wahai para hadirin.. (ketahuilah bahwa) Allaah.. alangkah agungnya kalimat ini.. alangkah luhurnya kalimat ini, Allaaah.. sangat manis..indah.. ledzat diucapkan.., tempat mengadu bagi seluruh hamba Nya.., keselamatan bagi para hamba adalah Allah, keberuntungan terbesar bagi para hamba adalah Allah, wahai para hamba, musibah – musibah kecil, yaitu musibah – musibah pada tubuh kita dan jasad, dan musibah – musibah kehidupan dunia, selamatlah dari mereka yang selamat, namun kecelakaan yang terbesar, dan musibah terbesar, tak satupun yang selamat dari hal itu kecuali yang memiliki 4 sifat dari sifat yang dikenalkan oleh Tuhan seluruh manusia, wahai kalian dengarkanlah ucapan dari pemilik bumi dan sekalian langit. : “Dengan nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang, demi masa, sungguh manusia itu dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman, dan beramal salih, dan yang saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran”. (Qur’an Surat al-Ashr).

Selain mereka ini akan celaka, jatuh dalam kerugian yang sangat besar, yang tak akan bisa terselamatkan, tak ada pula pertolongan darinya, tidak pula ada penyelesaian darinya, tidak pula ada akhirnya, kerugian yang abadi.., jatuhlah padanya (kerugian) barangsiapa yang tidak berpegang pada empat sifat ini.., sama saja apakah ia kaya atau miskin, apakah ia terkenal diantara manusia atau tidak dikenal, atau dalam keadaan sehat tubuhnya atau sakit, maka barangsiapa yang kehilangan 4 (empat) bagian ini, maka ia merugi dengan kerugian yang abadi, celaka dengan kecelakaan yang abadi, namun bagi yang bersifat dengan empat hal ini maka ia beruntung dan selamat, dalam keabadian, beruntung selama lamanya dan abadi tanpa akhir.

Maka lebih utama bagi para tokoh dan kita semua yang hadir disini, agar berfikir mengenai hakikat – hakikat kesulitan yang sangat dahsyat, dan tempat kembali yang akan abadi kelak.., demi masa.. Allah telah bersumpah dengan “masa”, yaitu masa kehidupan nabi muhammad (SAW), sebagaimana Allah bersumpah pada ayat yang lain “demi usiamu yaa Muhammad, sunguh mereka tenggelam dalam mabuk kesia – siaan” (Qur’an Surat  al- Hijr-72), dan sejak usia beliau bermula dengan maulid (kelahiran) beliau saw, hingga selesai dengan wafat.., maka semua masa sebelum kelahiran beliau dan sesudah wafat beliau menjadi jauh berbeda dengan masa kehidupan beliau Muhammad SAW (sebelum kelahiran adalah kegelapan, sesudah wafat beliau adalah cahaya hidayah, maka kegelapan dan cahaya hidayah dipisahkan oleh usia beliau, maka Allah bersumpah dengan masa kehidupan dan usia beliau. diciptakan nya langit dan bumi, tercipta pula masa setahun selama 12 bulan, yang padanya terdapat 4 bulan haram, maka semua daripada tahun – tahun itu, dan segenap bulan – bulan, terlewatkan 4 bulan, dan berlalu dari tahun ke tahun dan dari abad ke abad, namun dari segenap masa itu tiada seperti masa saat kelahiran beliau hingga wafatnya Muhammad SAW.

Masa 63 tahun ini, tak ada yang menyamai kemuliaannya pada waktu sebelumnya atau sesudahnya, yaitu saat itu adalah Allah memunculkan sang kekasih yang menjadi makhluk yang paling dicintai Nya, dan semulia – mulia segala sesuatu di sisi nya, dialah nabi kalian Muhammad SAW, yang menyeru kalian sayyidina Muhammad SAW, yang menyelamatkan kalian dari neraka, dari kemurkaan, kehinaan, siksa, musibah, sayyiduna Muhammad.., yang membuat kalian dijadikan sebagai sebaik – baik ummat dimuka bumi, dan kekasih sanubari kita sayyiduna Muhammad…, Allah akan perlihatkan pada kalian wajah beliau Muhammad SAW di dunia ini….!, Allah akan perlihatkan pada kalian wajah beliau Muhammad SAW saat di sakratulmaut..!, akan perlihatkan pada kalian wajah beliau Muhammad SAW saat di alam barzakh..!, akan perlihatkan pada kalian wajah beliau Muhammad SAW saat di hari kiamat…!, akan perlihatkan pada kalian wajah beliau Muhammad SAW saat didalam istana surga..!, dan kita semua dan keluarga kita, dan anak anak kita dan para kekasih kita.

Wahai….rabbul ‘alamiin.., celakalah mata, yang diharamkan dari melihat wajah Muhammad SAW, celakalah mata yang terdapat terhalang antaranya dengan bentuk Muhammad SAW, demi Allah.. mata itu yang diharamkan dari melihat wajah muhammad (saw) dihari kiamat..diharamkan dari melihat sorga, diharamkan dari melihat Allah.. selama-lamanya.., tempat mereka adalah api, akan kembali kepada api, puri – puri kehinaan, celakalah mata yang diharamkan dari melihat wajah Muhammad SAW, celakalah atasnya.. celakalah atasnya.. celakalah atasnya.., wahai Allah janganlah kau jadikan pada kami mata yang diharamkan dari melihat wajah nabi mu (saw), juga pada keluarga kami, istri – istri kami, anak – anak kami, kerabat kami, putra – putri kami, sahabat – sahabat kami, murid – murid kami, dan para pecinta kami wahai rabbul ‘alamiin, yaa arhamarrahimiin…, yaa arhamarrahimiin…, yaa arhamarrahimiin.

Demi kewibawaan mu dan kemegahan mu, dan bagi yang berkumpul dimajelis ini, yang hanya menginginkan ridha Mu, dan takut atas kemurkaan Mu, dan bersemangat untuk mendampingi nabi Mu, dan wahai Allah terimalah kami dan kami semua, curahkan keberkahan dan apa – apa yang ia perjuangkan daripada kemuliaan, dan saudara – saudaranya dari para da’i ilallah, dan para ulama yang berdakwah, dan yang mendukung mereka dari para tokoh dan pejabat negara ini, keselamatan dan kemakmuran sebuah wilayah dan negara, semua penguasa dan semua penanggungjawab, semua pejabat dan semua bawahannya, tergantung kepada condongnya hati, kearah cahaya sang nabi (saw).

Bila hati telah condong kearah cahaya Allah ini, maka kemakmuran bagi kesemuanya, keberuntungan bagi semua, kebaikan terlimpah bagi mereka semua, maka akan tersingkir dari mereka keburukan bencana, bencana yang dekat dan yang jauh, maka tiadalah keselamatan selain dengan hal itu, “dengan nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang, demi masa, sungguh manusia itu dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman, dan beramal salih”, secara hukum yang jelas, siapa yang membuat hukum ini..?, yang membuat hukum ini adalah yang tiada pengatur atas hukum Nya, dan tiada pula yang mampu menolak ketentuan nya, dialah Allah… dialah Allah… dialah Allah… dialah Allah yang tiada Tuhan selain nya, maha mengetahui segala yang tersembunyi dan yang jelas terlihat, dia maha pengasih dan maha penyayang.., dialah Allah.., menghukumi kerugian bagi semua manusia, terkecuali “Terkecuali mereka yg beriman, dan beramal salih, dan yang saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran”. (Que’an Surat al-Ashr).

Maka yang memiliki keempat sifat ini, maka ia beruntung dan selamat, siapapun yang hidup dalam kefakiran atau kekayaan, walaupun ia memiliki komputer atau tak memilikinya, apakah ia memahamai teknologi atau tak memahami teknologi, apakah ia adalah penegak hukum atau rakyatnya, apakah mereka tersohor diantara manusia, ataupun yang tak dikenal oleh siapapun, apakah ia hidup dalam kesehatan atau yang hidup dalam penyakit yang berkepanjangan, barangsiapa yang memiliki 4 sifat ini, maka ia beruntung, mulia, selamat, selama – lamanya tanpa akhir, dan bersama dengan nabi Muhammad SAW, maka barangsiapa yang kehilangan 4 sifat ini, sama saja apakah ia miskin ataupun kaya, walau ada 10 komputer dirumahnya atau tak mengenalnya sama sekali, apakah ia memiliki 50 mobil atau tidak memiliki sebuah motor sekalipun, semua sama, merugi..merugi.. merugi..,

Apakah ia adalah penegak hukum atau rakyatnya, apakah mereka miskin ataupun kaya, apakah ia memiliki kesehatan atau pesakitan, merugi.. merugi. merugi…, celaka.. celaka.. celaka.., tiada menjadi tolak ukur dalam semua itu, tolak ukurnya adalah pada Tuhan langit dan bumi, dan pemilik dunia dan akhirat, dengan keimanan, dan amal shalih, dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, tiada lagi tolak ukur selain dengan itu, dan segala pemahaman selainnya, akan runtuh dan sirna, maka tegaklah pemahaman pada yang maha tunggal dengan ke esaan nya, ketika berucap pada semua makhluk nya, milik siapakah kekuasaan saat ini..?, milik siapakah kekuasaan saat ini..? milik siapakah kekuasaan saat ini..?, wahai para penguasa Arab, wahai penguasa selain Arab, wahai para ummat yang terdahulu, wahai para ummat yang terakhir, milik siapakah kekuasaan saat ini..?,

Tiada satupun yang menjawab, kesemuanya telah menemui kematian.., maka dia yang maha hidup menjawab pertanyaan nya sendiri oleh diri nya sendiri.., milik Allah.. maha tunggal dan maha mampu memaksakan kehendak nya.., yang maha menundukkan seluruh hamba nya dengan kematian, maka dengan majelis ini, terkuatkan iman, dan terbangkitkan keinginan beramal shalih, dan kita mendengarkan nasehat dengan kebenaran, dan mendengarkan nasehat untuk bersabar, maka kita terselamatkan dari neraka, kita dan rumah – rumah kita serta penghuninya, dan istri – istri kita serta keluarga mereka, dan kampung – kampung kita dan para penduduknya, dan wilayah kita dan penduduknya, maka atas kalian tanggung jawab yang besar, dengan kesungguhan kepada Allah, dan ikhlas semata – mata hanya karena nya, dan akhlak yang mulia, dan kelembutan, kasih sayang dan kecintaan, maka dengan itu semua, selamatkanlah hamba – hamba Allah, kasihanilah hamba – hamba Allah, maka kalian akan dikasihani oleh Allah.., dan (sabda Rasul saw).

Mereka yang mempunyai sifat kasih sayang dan penyantun, maka mereka disantuni dan dikasihani oleh yang maha luhur dan maha agung, kalian saat ini sedang dicurahkan atas kalian rahmat nya disini, barangkali salah seorang dari tetanggamu, atau salah seorang dari kerabatmu, atau salah satu dari teman – temanmu, saat sekarang ini mungkin sedang dicurahi laknat dan kemurkaan.., bermaksiat, berdosa, dan berbuat lancang pada yang maha berkuasa, melanggar ketentuan syari’ah, dalam narkotika, atau dalam perbuatan hina, dalam perbuatan membicarakan aib orang lain, pencurian, atau dalam kegelapan dosa, atau dalam pemandangan yang diharamkan nya, maka laknat tertumpah padanya, maka siapakah yang mengasihani mereka?, wajib bagi kita mengasihani mereka, wajib bagi kita mengasihani mereka, maka selamatkanlah.. selamatkanlah.. dengan kesungguhan doa dan munajat kalian, maka bermunajatlah untuk menyelamatkan mereka, selamatkanlah mereka agar kalian mengembalikan mereka kepada tempat tempat yang tercurah padanya rahmat nya.

Menggantikan tempat laknat dan kemurkaan, maka hal seperti ini adalah rahmat yang terbesar, kasihanilah penduduk bumi niscaya kalian akan dikasihani oleh yang dilangit, (yaitu Allah), (sabda rasul saw). Mereka yang mempunyai sifat kasih sayang dan penyantun, maka mereka disantuni dikasihani oleh yang maha luhur dan maha agung, maka ketika seseorang mencaci orang yang minum arak dan minuman keras, lalu si peminum arak dihukum, lalu ia mengulangi perbuatannya lagi meminum arak, lalu dihukum, demikian berkali – kali, maka ada diantara para sahabat yang mencacinya, maka rasul saw bersabda : “janganlah kau tolong syaitan untuk mencelakakan saudaramu”, kita hanya bermaksud mensucikannya dan mengembalikannya kepada rahmat nya, maka janganlah kau mencacinya, dan janganlah jadi penolong syaitan untuk mencelakakan saudaramu, inilah ajaran nabi Muhammad SAW.

Ajaran Muhammad SAW, ajaran yang benar dalam kejujuran, ajaran menepati janji, ajaran kesucian, ajaran budi pekerti yang agung, “nuuun.. demi al-Qalam dan apa – apa yang ditulisnya, tidaklah engkau itu tertipu dengan kenikmatan Tuhanmu (wahai muhammad), dan bagimu limpahan pahala yang tak pernah terhenti, dan sungguh engkau berada dalam akhlak yang agung.., dan sungguh engkau berada dalam akhlak yang agung..”, nabi yang agung, dan budi pekerti beliau adalah budi pekerti yang diagungkan oleh Allah arrahman, dalam imam semua kutub (alqur’an), segala puji bagi Allah yang telah mengkhususkan kalian dengan nabi yang agung, akhlak beliau agung, derajat beliau agung, ajaran beliau agung, bimbingan beliau agung, sejarah beliau agung, cahaya beliau agung, syariat beliau agung, pahala beliau agung, keadaan beliau agung, kekasih yang maha agung, kekasih yang maha agung, Allah mengagungkan penciptaan beliau (saw), Allah mengagungkan budi pekerti beliau (saw), Allah mengagungkan ajaran beliau, Allah mengagungkan syariat beliau, bacalah.

“Dan bahwa anugerah Allah atasmu sangatlah agung.. dan dia mengajarimu (wahai muhammad saw) apa – apa yang belum kau ketahui, dan anugerah Allah atasmu sangatlah agung, sungguh anugerah nya atasmu sangatlah besar”, maka betapa besar keutamaan muhammad.. (saw), betapa agungnya kemuliaan nabi Muhammad SAW, Allah yang maha tunggal dan esa mengagungkan beliau (saw), wahai betapa beruntungnya mereka yang menyambungkan dirinya dengan nabi ini.. (saw), ketahuilah bahwa amal perbuatanmu dihadapkan dan dilaporkan pada beliau (saw), maka jangan kau keruhkan dan kau sedihkan hati beliau dengan perbuatan yang melanggar ajaran beliau (saw), maka berusahalah untuk selalu menggembirakan hati beliau (saw), dan dengarlah sabda beliau dalam hadits shahih, “kehidupanku kebaikan bagi kalian, wafatku kebaikan bagi kalian”, maka bekatalah para sahabat : “wahai Rasulullah.., kehidupanmu tentu merupakan kebaikan bagi kami, maka bagaimana dengan wafatmu menjadi kebaikan bagi kami?”, Rasul saw bersabda :

“Kehidupanku kebaikan bagi kalian, kuajarkan pada kalian sunnah, dan kuajarkan syariah pada kalian, kalian berbuat dan mendapat pahala, dan wafatkupun kebaikan bagi kalian, didatangkan padaku amal – amal kalian, bila kulihat padanya catatan kebaikan maka aku memuji Allah, bila kulihat catatan amal buruk maka aku beristighfar untuk kalian”, beliau mengikuti dosa – dosa kita dengan istighfar sedangkan beliau di kuburnya, beliau mengikuti kita dengan istighfarnya sedangkan beliau di alam barzakh, ketika beliau saw di dunia, setiap hari beliau beristighfar untuk kita, dan dari kasih sayang Allah arrahman dia swt berkata, “wahai kekasih ku, beristighfarlah untuk ummatmu.., beristighfarlah untuk orang – orang mukmin.., mereka akan beristighfar untuk diri mereka sendiri, tapi tidak menyamai istighfarmu, maka engkau pun istighfarlah untuk mereka, aku mengajarimu dari bentuk istighfar yang tak diketahui mereka, maka sebelum mereka beristighfar padaku, engkau dahului dengan istighfar mereka”,

“Beristighfarlah untuk dosa – dosamu dan untuk orang mukmin lelaki dan wanita, dan Allah maha mengetahui keadaan kalian dan tempat kembali kalian”, maka nabi beristighfar untuk kalian.., sebagaimana ketika sayyidatina Aisyah berbuat sesuatu yang menggembirakan rasul saw. maka rasul saw berdoa : “wahai Allah ampunilah dosa aisyah putri abibakar, dari dosa yang terdahulu dan yang akan datang, yang tersembunyi dan yang terlihat, yang termunculkan dan yang terpendam”, maka gembiralah sayyidatuna aisyah ra seakan akan ia melayang diudara dari senangnya, maka rasul saw berkata : “engkau senang?”, maka berkatalah aisyah ra : “Bagaimana aku tak senang wahai Rasulullah..?, kau doakan aku dengan doa – doa mulia itu..”,

Maka rasul saw bersabda : “demi Allah.. inilah do’aku untuk ummat ku setiap malamnya, .. inilah do’aku untuk ummat ku setiap malamnya”, setiap malam ia beristighfar untuk ummat ini, dan memohonkan kasih sayang Allah untuk ummat ini, saw. suatu hari, beliau duduk, menjahit terompahnya, berkeringat, maka bercahayalah wajah beliau dari tetesan keringatnya seakan mutiara bertaburan di wajah beliau saw, maka bercahaya terang benderanglah cahaya dari dahi beliau saw, maka aisyah memuji beliau saw dengan syair – syairnya, maka beliau meletakkan terompahnya dan berkata : “Apa – apa yang membuat engkau gembirapun telah membuatku gembira”, beliau gembira dengan Aisyah karena ikatan hati Aisyah kepada beliau saw, yaitu dengan kecintaan yang membuat Aisyah mendapatkan derajat yang luhur dihadirat Tuhannya, maka betapa beruntungnya orang yang terikat hatinya dengan rasulullah saw.

Maka bermunajatlah bersama – sama kepada Allah, wahai yang mengumpulkan kami dalam kemuliaan ini, sempurnakanlah bagi kami nikmat mu, wahai yang maha lebih mengasihani dari semua pemilik sifat kasih sayang, wahai Allah, wahai yang maha terdahulu dari segala yang terdahulu, wahai yang maha terakhir dari segala yang terakhir, wahai yang maha memiliki kekuatan yang dahsyat, wahai yang maha mengasihani yang miskin, wahai yang maha lebih mengasihani dari semua pemilik sifat kasih sayang, wahai yang maha lebih mengasihani dari semua pemilik sifat kasih sayang, wahai yang maha lebih mengasihani dari semua pemilik sifat kasih sayang, jangan kecewakan kami dan jangan pula kau kecewakan semua dari yang dalam perkumpulan ini, yaa Allah, jangan kau hinakan satupun dari mereka didunia dan di hari kiamat yaa allaaah.., dihari dimana kau katakan “hari dimana Allah tak akan menghinakan sang nabi, dan yang beriman bersamanya, bersamanya, bersamanya, cahaya mereka menerangi mereka dari kanan dan kiri mereka, mereka berkata wahai Tuhan kami sempurnakanlah cahaya kami, dan ampuni kami dan engkau maha berkuasa atas segala sesuatu”.

Maka aku berkata “wahai Tuhan kami sempurnakanlah cahaya kami, dan ampuni kami dan engkau maha berkuasa atas segala sesuatu” demi kekasih Mu Muhammad aku bersumpah pada mu, agar kau jadikan kami dari kelompok yang beriman dan beramal shalih, dan yang saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran, dan agar kau angkat musibah dari penduduk wilayah ini dan seluruh wilayah muslimin, dan agar kau pindahkan keadaan muslimin pada keadaan yang seindah – indahnya.

Dan agar kau berikan bagi kami husnulkhatimah saat kematian, dan agar kau jadikan akhir dari ucapan kami di dunia ini adalah laa Ilaaha Illallah, dan agar kau masukkan kami pada kubur kami dengan cahaya laa Ilaaha Illallah, dan agar kau kumpulkan kami di hari kiamat dengan kelompok yang sempurna dalam laa Ilaaha Illallah, dan agar kau benamkan kami dan kau penuhi kami dengan cahaya dan hakikat laa Ilaaha Illallah, dan pada segala permohonan ini dan segala yang tak kami ketahui dan dalam tirai selubung pengetahuan mu yaa Allah, maka kami semua bermunajat kepada mu, dan kami semua mengemis kepada mu, agar kau muliakan kami dengan itu semua yaa Allah.., maka kami semua berucap : yaa Allahu yaa Allah.. janganlah seorangpun meninggalkan majelis ini kecuali sudah terampuni dosanya, tertutup segala aibnya, shalih hatinya, terlimpahkan permintaannya, terjaga sisa usianya, berakhir dengan kebaikan, wahai yang maha lebih mengasihani dari semua pemilik sifat kasih sayang. Semoga ada manfaatnya. Terimakasih atas perhatiannya.

 

Wassalamu’alaikum WR.WB

Keutamaan Membaca Al-Qur’an

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Allah swt telah berfirman :

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

Artinya : (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).

Bulan Ramadhan disebut sebagai “Syahrul-Huda” (bulan petunjuk), karena wahyu yang pertama kali diturunkan dari kitab-kitab Allah tepat pada bulan Ramadhan. Oleh karena itu Ramadhan juga disebut sebagai “Syahrul-Wahyu” (bulan wahyu) atau lebih khusus lagi disebut sebagai “Syahrul-Qur’an” (bulan Al-Qur’an). Disebut Syahrul-Qur’an karena wahyu Al-Qur’an diturunkan pertama kali pada bulan Ramadhan dan banyak ayat-ayat yang lain diturunkan pada bulan suci Ramadhan. Sebagaimana diuraikan didalam sebuah hadist :

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ, وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ اَمْثَالِهَا

Artinya: “Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah (Al-Qur’an) maka baginya satu kebaikan, dan setiap kebaikan akan dilipatkan menjadi sepuluh kali lipat yang serupa” (HR. At-Tirmidzi, hadits hasan shahih).

Bahkan dalam keterangan yang lain disebutkan bahwa jika seseorang membaca Al-Qur’an dalam keadaan berwudhu (suci) maka kebaikan (pahalanya) akan dilipatkan menjadi dua puluh lima kali lipat. Jika membacanya dalam keadaan shalat maka akan dilipatkan menjadi seratus kali lipat. Dan barang siapa yang membacanya pada bulan suci Ramadhan akan dilipat-gandakan menjadi seribu kali lipat. Bayangkan jika kita mampu membaca satu surat saja, atau satu Juz, atau bahkan mengkhatamkan Al-Qur’an, maka Allah akan melipat-gandakan pahalanya dengan sempurna. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang mengkhatamkan Al-Qur’an, maka akan dimintakan rahmat oleh enam puluh ribu (60.000) malaikat ketika ia mengkhatamkannya” (HR. Ad-Dailami).

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Allah, maka hendaklah ia memuliakan ahli (atau keluarga) Allah”. Rasulullah SAW ditanya, “Apakah Allah itu mempunyai ahli?”. Beliau menjawab, “Ya, punya”. Beliau ditanya lagi, “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Ahli Allah di dunia adalah orang yang rajin membaca Al-Qur’an; dan ketahuilah barang siapa yang memuliakan mereka, maka sungguh dia dimuliakan oleh Allah dan diberi surga; dan barang siapa yang menghinakan mereka maka dia akan dihinakan oleh Allah dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka”.

Belajar dan Mengajar Al-Qur’an

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

Artinya: “Sebaik-baik diantara kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mau mengajarkannya” (HR. Al-Bukhari).

Mempelajari Al-Qur’an merupakan kewajiban umat Islam. Orang Islam yang baik ialah mereka yang senantiasa mempelajari Al-Qur’an. Sedangkan orang yang paling buruk adalah yang tidak mengerti Al-Qur’an dan tidak mau mempelajarinya. Kita wajib mempelajari cara membaca Al-Qur’an dengan kaidah tajwid dan makhraj yang benar. Kita diwajibkan pula untuk mempelajari kandungan Al-Qur’an, yakni mengerti pesan-pesan Al-Qur’an, tafsirnya, hukum-hukum, perintah, larangan, dan nasehat yang terkandung dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu, kita wajib mendatangi majelis ta’lim, mencari guru dan rajin membaca buku-buku keagamaan agar dapat mengerti Al-Qur’an. Sedangkan bagi mereka yang pandai dan berkemampuan didalamnya wajib mengajarkan Al-Qur’an.

Dari Abu Hurairah ra., Ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah berkumpul suatu kaum pada salah satu rumah Allah, dengan membaca al-Qur’an, kemudian mempelajarinya bersama, kecuali akan diturunkan kepada mereka ketenangan, akan dikucurkan untuk mereka rahmat, malaikat akan mengerumuni mereka dan Allah akan memuji mereka di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya”(HR. Ibnu Majah). Allah Ta’ala berfirman dihadapan para Malikat-Nya: “Lihatlah oleh kalian akan para hamba-Ku yang selalu berdzikir dan membaca kitab-Ku (Al-Qur’an)”. Malaikat Jibril menyampaikan kepada Nabi SAW, “bahwa Allah membangga-banggakan orang yang berdzikir dan mempelajari Al-Qur’an dihadapan para malaikat-Nya”.

Mengamalkan Al-Qur’an

اَلْقُرْآنُ شَافِعٌ مُشَفِّعُ, وَمَنْ جَعَلَهُ اَمَامَهُ قَادَهُ اِلَى الْجَنَّةِ, وَمَنْ جَعَلَهُ خَلْفَهُ شَاقَهُ اِلَى النَّارِ

Artinya: “Al-Qur’an adalah obat dari segala obat, barang siapa yang menjadikan Al-Qur’an sebagai imamnya maka ia akan menuntunnya ke surga, dan barang siapa yang membelakangi al-Qur’an, maka al-Qur’an akan menjerumuskannya ke jurang neraka”.

Yang dimaksud hadits ini adalah bahwa barang siapa yang menjadikan Al-Qur’an sebagai imamnya atau mengamalkannya dalam kehidupan, maka Al-Qur’an tersebut akan membelanya dan membantunya memasuki surga. Sedangkan orang yang membelakangi Al-Qur’an, yakni orang yang mengabaikan, menyepelekan dan menolak Al-Qur’an, maka Al-Qur’an sendirilah yang akan mendorong mereka ke neraka di akherat kelak.

Yang paling penting setelah membaca dan mempelajari al-Qur’an adalah berusaha mengamalkannya. Barang siapa yang hidupnya mengingkari al-Qur’an atau tidak menjadikannya sebagai pedoman hidup, maka mereka akan termasuk orang yang kafir, zalim dan fasiq. Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهذَ الْقُرْآنِ اَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ اَخَرِيْنَ

Artinya: “Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan Al-Qur’an dan dengan Al-Qur’an pula Allah menghinakan suatu kaum” (HR. Muslim & Ibnu Majah).

Yang dimaksud hadits ini adalah bahwa suatu kaum yang mengamalkan Al-Qur’an maka kehidupan mereka akan dimuliakan di dunia dan di akherat. Sedangkan suatu kaum yang mengabaikan Al-Qur’an maka mereka akan di inakan di dunia dan diakherat. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala: “Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami angkat (kemuliaan)nya dengan ayat-ayat (Al-Qur’an) itu, tetapi ia cenderung kepada (kenikmatan) dunia (saja) dan memperturutkan hawa nafsunya yang rendah. Maka perumpamaan mereka seperti anjing, jika kamu memperingatkannya dijulurkannya lidahnya dan jika kamu biarkan saja tetap dijulurkannya lidahnya. Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir” (QS. Al-A’raf: 176).

Para Penghafal Al-Qur’an

حَامِلُ الْقُرْآنِ حَامِلُ رَايَةِ اْلاِسْلاَمِ فَمَنْ اَكْرَمَهُ اَكْرَمَهُ اللهُ وَمَنْ اَهَانَهُ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ

Artinya: “Orang yang hafal Al-Qur’an adalah pembawa bendera Islam. Barang siapa yang menghormati mereka maka Allah akan memuliakannya, dan barang siapa menghinakan mereka maka Allah akan melaknatinya” (HR. Ad-Dailami).

Rasulullah SAW menyampaikan kepada Abu Hurairah ra., “Wahai Abu Hraurah tidak ada disisi Allah yang dapat menandingi kemuliaan orang yang hafal Al-Qur’an, dan sesungguhnya orang yang hafal Al-Qur’an lebih mulia dari siapapun selain dari para Nabi”

Mudah-mudah ada manfaatnya. Sekian

Wassalamualaikum Wr.Wb

 

 

 

 

BULAN KESABARAN

 

 Assalamu’alaikum Wr.Wb

Hadirin Bpk/Ibu yang dirahmati Allah

Kita sering mendengar bahkan banyak sekali ayat-ayat dalam al-Qur’an yang menyerukan agar kita bersabar, sebagaimana disebutkan tadi dalam Surat Al-Imran, ayat 200, yang artinya : Hai orang-orang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu memperoleh kesuksesan. Pada bulan Ramadhan ini, yang sering disebut oleh para penceramah terdahulu adalah bulan kesabaran, dimana pada bulan ini kita belajar dan berlatih untuk bisa bersabar. Latihan bersabar, itulah kata yang mudah untuk diucapkan tapi seringkali tidak mudah untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih tidak mudah lagi bagaimana dengan sabar itu kita dapat memperoleh kesuksesan, sebagaimana disebutkan dalam ayat tadi.

Diberbagai kantor atau instansi saat ini juga sudah dilakukan pelatihan agar bisa memanfaatkan kesabaran dalam menghadapi rintangan menjadi upaya atau peluang untuk memperoleh kesuksesan, yang mana saat ini disebut dengan nama Pelatihan Kecerdasan adversitas. Dimana yang namanya kecerdasan adversitas (adversity Inteligent) atau kecerdasan daya tahan mental adalah salah satu kecerdasan yang penting bagi siapapun yang sedang menjalani kehidupan ini. Sehingga dengan modal kecerdasan ini, kita sadar, posisi daya tahan mental kita berada dimana, seberapa besar kemampuan pantang menyerah kita, seberapa tinggi daya tahan mental kita menghadapi segala tantangan kehidupan. Tingkat kesabaran atau daya tahan mental dikelompokkan menjadi 3, yaitu tipe Pendaki (Climber), Bertahan (Camper) dan Penghindar (Quitter).

  1. Climber = orang yang punya cita-cita tinggi, pantang menyerah, terus mencoba walau pernah mengalami kegagalan, dan selalu memperbaiki diri dari waktu ke waktu.
  2. Camper = orang yang cukup puas dengan yang dimiliki, bekerja sebatas yang ia mampu, walau memiliki potensi bekerja yang lebih baik.
  3. Quitter = orang yang mudah mengalah dengan keadaan, selalu menghindar dari masalah, mudah menyerah menghadapi hambatan hidup.

Nah, sekarang kita tinggal pilih, kita termasuk dalam posisi yang mana, dari tiga kategori kesabaran atau kecerdasan kehandalan mental diatas, yang tentu harapannya, kita ada pada kelompok tipe Pendaki, yang pantang menyerah. Namun lebih utama lagi apabila dengan bersabar kita dapat menikmati berkah di balik sebuah ujian yang kita hadapi. Dikisahkan ada 2 orang santri yang sedang belajar di sebuah pesantren, berbagai ilmu telah mereka peroleh dan tibalah saatnya akan diberikan ilmu terakhir yang hebat dari sang kyai. Untuk itu sang kyai memerintahkan kedua santrinya untuk menuju ke tempat kyainya berada yaitu diatas bukit yang tinggi, yang harus melalui jalan setapak menuju tempat itu.

Sang kyai berkata, hai anak-anakku, tibalah saatnya kalian memperoleh ilmu terakhir dari saya agar kamu dapat memanfaatkannya dalam hidupmu, tapi syaratnya kalian harus berjalan menuju ketempatku diatas bukit disana. Maka berangkatlah kedua santri tadi menuju tempat sang kyai berada. Murid pertama, melihat dengan gamang tempat yang akan dia kunjungi, karena jauh diatas bukit. Terbayangkan olehnya bahwa tentu perjalannya melelahkan untuk mencapai tempat itu. Santri yang kedua juga melihat tempat yang akan ditujunya, tapi dengan gembira dia bayangkan, tentu indah sekali diperjalanan, karena dapat melihat pemandangan dari ketinggian.

Dengan susah payah, kedua santri tadi berjalan menuju ketempat sang kyai berada, dan akhirnya dengan keringat mengucur ditubuh, kedua santri tadi berhasil mencapai tempat sang guru. Disana telah menunggu sang kyai, dengan senyum sejuknya, dan menyediakan air penawar haus bagi kedua santri tadi. Setelah hilang hausnya, sang kyai bertanya pada kedua santrinya, Anak-anakku berdua, sungguh kalian sangat hebat telah berhasil menaiki bukit ini dengan susah payah, kini saya ingin mendengar apa yang kalian alami selama perjalanan kalian. Santri pertama menjawab, Bapak Kyai, sungguh berat perjalanan tadi, sangat melelahkan karena harus melewati bebatuan dan semak belukar serta harus tinggi mendaki. Santri kedua menjawab, Bapak Kyai, terima kasih telah memberikan kesempatan pada saya untuk dapat menikmati pemandangan dari tempat yang tinggi ini, untung saja sepanjang jalan kutemukan batu untuk berpijak, dan semak tempat aku berpegang, sehingga dapat mencapai tempat ini.

Dengan tersenyum arif, sang kyai tadi memberikan penjelasan, Anak-anakku sesungguhnya perjalanan kalian kemari adalah sebuah ujian, dan berat ringannya sebuah perjalanan sering tergantung darimana kita memandangnya, kalau kita dapat bersabar, tentulah kita akan mencapai tujuan kita dengan rasa bahagia. Akhirnya santri pertama tadi sadar, bahwa dirinya masih ada kekurangan dalam menempuh pelajaran dari sang kyai, yaitu dia belum bisa bersabar dalam menempuh ujian dan mengubah ujian yang berupa perjalanan tadi menjadi peluang untuk memperoleh kebahagiaan.

Kata sang kyai : Santriku yang pertama, kamu sudah bagus dapat mencapai tempat ini, namun tingkatkan lagi agar dalam ujian selanjutnya kamu dapat lebih bersabar lagi. Dan santriku yang kedua, pertahankan sikap sabarmu karena mempertahankan sikap sabar juga merupakan upaya yang tidak mudah. Dan akhirnya sang kyai memberikan ilmu terakhirnya kepada kedua santrinya sebagai bekal menempuh hidup mereka.

Perjalanan yang saya kisahkan tadi, ibarat mencerminkan bulan Ramadhan ini, kalau pada awalnya kita sudah berpandangan bahwa bulan puasa adalah bulan rintangan karena tidak bebas bepergian, tidak bisa makan minum di siang hari karena puasa, maka kita akan memandang berat pula bulan ini. Tetapi apabila kita memandang bulan puasa adalah bulan peluang untuk memperoleh banyak pahala, maka insyaallah kita memperoleh kesenangan dalam menjalankan puasa.

Untuk itu saya mengajak kepada bapak ibu dan adik-adik agar memanfaatkan puasa kita sebagai ajang melatih kecerdasan adversitas kita, ajang mengubah hambatan jadi peluang agar kita memperoleh kesuksesan karena kita mengamalkan ibadah yang nilainya beberapa kali lipat dari hari-hari biasa. Demikian bapak ibu dan adik-adik semuanya, semoga paparan saya ini bermanfaat dan kalau ada benarnya itu semata karena Allah dan bila ada salahnya itu adalah karena saya adalah manusia biasa.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

“JANGAN SAMPAI PUASA KITA SIA-SIA”

“JANGAN SAMPAI PUASA KITA SIA-SIA”

Assalamualaikum Wr-Wb

Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah SWT yang telah meringankan hati kita dan memudahkan langkah kita bertemu dalam majelis ini. Semoga keselamatan tercurah kepada nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat yang mulia, serta penerus risalahnya hingga hari akhir nanti.

Hadirin yang berbahagia …

Sesungguhnya setiap ibadah mempunyai dua potensi yang selalu beriringan satu sama lainnya. Satu sisi sebuah ibadah mungkin akan menjadi ladang pahala kita yang akan kita panen di kampung akhirat nanti. Tapi sisi lain, jika kita tidak memenuhi syarat, adab dan rukunnya bisa jadi sebuah ibadah justru menjadi fitnah bagi kita di hari akhir nanti. Naudzu billah min dzalik …!

Contoh yang paling jelas dalam masalah ini terdapat dalam sebuah ayat yang sudah sama-sama kita hafal bersama, dalam surat al-Maun disebutkan bahwa Allah SWT mengingatan kepada orang-orang yang shalat. Allah berfirman dalam al-Qur’an :

Yang artinya : “ Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya” (QS Al Maun 3)

Ayat di atas begitu lugas mengingatkan pada kita bahwa shalat bisa menjadi fitnah dan ancaman di akhirat nanti saat kita menjalankan tidak sesuai aturannya.

Hadirin yang berbahagia …

Lalu bagaimana dengan ibadah puasa Ramadhan kita ? Apakah ada ancaman tentang puasa yang kita jalankan ? Sungguh setidaknya ada dua dalil yang juga mengingatkan kita dengan gamblang tentang bahayanya orang berpuasa jika tidak memenuhi adab dan aturannya. Dalil pertama, Rasulullah SAW telah memberikan prediksi bagaimana banyak orang yang berpuasa tanpa hasil apapun keculai hanya lapar dahaga. Beliau bersabda dari lisannya yang mulia :

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ ، وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ السَّهَرُ.

“ Betapa Banyak Orang berpuasa tapi tidak mendapat (pahala) apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar, dan betapa banyak orang yang sholat malam (tarawih) tapi tidak mendapatkan apa-apa selain begadang saja” (HR An-NAsai)

Hadist di atas seharusnya menjadi warning atau peringatan dini bagi kita dalam meniti hari-hari Ramadhan kita, agar tidak termasuk golongan yang celaka dalam arti berpuasa tanpa pahala. Peringatan berikutnya adalah dalam lafadz doa Jibril alaihissalam, dimana ia mendo’akan keburukan kepada mereka yang mendapati Ramadhan tapi tidak mendapat ampunan dari Allah SWT. Diriwayatkan dalam hadits yang panjang :

“Dari Abu Hurairah: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam naik mimbar lalu bersabda: ‘Amin, Amin, Amin’. Para sahabat bertanya : “Kenapa engkau berkata demikian, wahai Rasulullah?” Kemudian beliau bersabda, “Baru saja Jibril berkata kepadaku: ‘Allah melaknat seorang hamba yang melewati Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan’, maka kukatakan, ‘Amin’, kemudian Jibril berkata lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup, namun tidak membuatnya masuk Jannah (karena tidak berbakti kepada mereka berdua)’, maka aku berkata: ‘Amin’. Kemudian Jibril berkata lagi. ‘Allah melaknat seorang hambar yang tidak bershalawat ketika disebut namamu’, maka kukatakan, ‘Amin” (HR Ibnu Khuzaimah dishahihkan oleh Albani )

Naudzu billah tsumma naudzu billah …!  ibaratnya dalam pepatah bahasa kita, sudah jatuh tertimpa tangga. Tidak mendapatkan ampunan dalam ramadhan sudah merupakan musibah luar biasa, belum lagi ditambah do’a laknat dari Jibril alaihissalam yang diaminkan oleh Rasulullah SAW yang mulia ..!. Semoga kita tidak termasuk dalam dua golongan yang disebutkan dalam dua hadits yang saya sebutkan di atas.

Hadirin  yang berbahagia ..

Rasanya menjadi penting bagi kita untuk mengetahui mengapa orang yang berpuasa bisa mendapat kecelakaan yang sedemikian buruk semacam itu. Setidaknya ada empat kesalahan orang berpuasa yang bisa menjerumuskan mereka dalam dosa dan kehinaan,  mari bersama merenungkannya.

Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang sudah sangat populer di telinga kita : Innamal a’maalu binniyaaat. Yaitu : Sesungguhnya setiap amal bergantung pada niatnya  ….( HR Muttafaqi Alaih).

  1. Maka berpuasa tanpa keikhlasan ibaratnya surat perjanjian tanpa stempel dan materai, menjadi tidak berlaku dan sia sia begitu saja. Pertanyaannya adalah, puasa semestinya melatih orang untuk ikhlas, karena ia merupakan ibadah antara seorang hamba dan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda : Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi SAW bersabda:  “Semua amal manusia adalah miliknya, kecuali puasa, sesungguhnya ia adalah milik-Ku dan Aku yang akan memberikan balasannya, (H.R. Bukhari).

Tapi sungguh sayang sekali, ternyata masih ada yang ternoda keikhlasannya dalam berpuasa karena godaan riya, harta maupun kecenderungan diri pribadi. Puasa diliputi riya, karena ingin dianggap, dihargai dan dipuji orang lain sebagai orang yang berpuasa. Bisa jadi karena ewuh pakewuh dengan mertua, atau takut dengan pimpinan di kantor, atau mungkin ingin eksis di tengah rekan sejawat. Semua itu sungguh meluruhkan pahala puasa yang mulia.  Ada pula orang yang  berpuasa karena mengincar harta, mungkin saja ini lebih banyak terjadi pada anak-anak kita yang mengidamkan hadiah dari para orangtua saat lebaran nanti, karena mampu menyelesaikan puasa dengan sempurna. Selain itu, ada juga yang berpuasa dengan bersemangat, bukan karena kewajiban semata tetapi juga karena keinginan pribadi untuk diet dan menurunkan berat badan. Sungguh ini semua jika tidak dihapus dalam hati, akan mengotori keikhlasan puasa kita, dan kita terjerumus dalam golongan mereka yang berpuasa tanpa pahala.

Hadirin yang dirahmati Allah

2.  Yang kedua adalah mereka yang berpuasa tanpa ilmu. Tidak mengetahui mana yang membatalkan dan mana yang tidak. Maka mereka menjalani puasa tanpa aturan, atau memahami tidak dengan sepenuhnya benar. Akibatnya, puasa mereka menjadi begitu rapuh dan tanpa makna. Menyangka telah melakukan hal yang benar padahal sejatinya salah.  Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda :

“Seorang faqih (ahli ilmu agama) lebih ditakuti syetan dari pada seribu ahli ibadah (tanpa ilmu) “. (HR Ibnu Majah).

Maka marilah meningkatkan kualitas ibadah puasa kita dengan memahami sepenuhnya hukum-hukum seputarnya. Mari terus membaca, mengkaji dan bertanya, agar bisa menjalankan seluruh rangkaian ibadahnya dengan keyakinan yang nyaris sempurna.

Hadirin  yang berbahagia ..

3. Golongan orang berpuasa yang celaka ketiga adalah mereka yang berpuasa hanya dari makan minum dan berhubungan badan semata, dan merasa bahwa dengan itu mereka sudah memenuhi semua ketentuan dan tuntutan puasa.  Barangkali kita perlu mengingat lebih dalam himbauan rasulullah SAW berkaitan dalam masalah ini :

 مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barang siapa yang tidak meninggalkan berkata dusta dan beramal kedustaan, maka Allah SWT tidak membutuhkan dia meninggalkan makan dan minumnya”  (HR Bukhori).

Mereka dalam masalah ini berpuasa tetapi tidak mampu menundukkan nafsu dan emosinya. Maka mereka menodai siang hari ramadhan dengan lisan yang tak terjaga dari ghibah, marah dan berkata dusta, atau anggota badan yang tidak terjaga dari dosa dan kemaksiatan.

Kaum muslimin yang berbahagia ..

4. Yang keempat adalah mereka yang menjalankan ibadah puasa dengan penuh kemalasan, dalam arti tidak menyadari kemuliaan bulan Ramadhan yang bertaburan berkah. Mereka tidak menyadari dan memahami bahwa Ramadhan bukan hanya bulan puasa saja, tetapi lebih dari itu ia adalah bulan musim kebaikan yang disyariatkan banyak amal kebaikan. Rasulullah SAW bersabda tentang bulan mulia ini :

“(Bulan dimana) dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka, syetan-syetan dibelenggu. Dan berserulah malaikat : wahai pencari kebaikan, sambutlah. Wahai pencari kejahatan, berhentilah” (demikian) sampai berakhirnya ramadhan ( HR Ahmad)

Golongan ini berpuasa tetapi tidak menjalankan tarawih, tilawah dan tadarus. Tidak pula berusaha untuk bersedakah, memberi berbuka pada orang yang berpuasa. Atau tidak pula menyempatkan diri untuk i’tikaf dan amal kebaikan secara umum. Mereka hanya berpuasa dan menjadikan puasa sebagai alasan untuk bermalas-malasan di siang hari, lalu makan pestapora di malam hari.

Akhirnya, semoga kita terhindar dari peringatan Rasulullah SAW tentang mereka yang berpuasa tapi sia-sia dalam pahala dan keutamannya. Semoga Allah SWT menjaga kita agar tidak terjerumus dalam empat golongan mereka yang berpuasa tapi sia-sia. Wallahu a’lam bisshowab.

Wassalamu’alaikum wr.wb